Monday 20 May 2019

Kajian Literatur

2.3. Kajian Literatur

1. Roger Swagler (2005). Evolution and Applications of the Term Consumerism: Theme and Variations.

Rangkuman: penelitian tersebut membahas sejarah dan aplikasi istilah konsumerisme yang memiliki dua jenis definisi yaitu: (1) konsumerisme dalam arti pergerakan (consumerist movement), dan (2) konsumerisme dalam arti gaya hidup yang didasarkan pada materialisme.
Persamaan: membahas konsumerisme.
Pengembangan: penelitian ini membahas konsumerisme dalam arti gaya hidup yang didasarkan pada materialisme.

2. Peter N. Stearns (2001). Consumerism in World History: The Global Transformation of Desire.

Rangkuman: penelitian tersebut berusaha memahami konsumerisme sebagai: (1) suatu fenomena internasional, (2) dari sudut pandang sejarah, (3) agar dapat mengambil pelajaran dan menentukan sikap.
Persamaan: berusaha memahami fenomena konsumerisme agar dapat menemukan solusi.
Pengembangan: penelitian ini berusaha memahami fenomena konsumerisme dari sudut pandang keuangan personal dan menentukan sikap berdasarkan konsep manajemen harta Islami.

Textbook by a professor of history, 161 halaman semua membahas tentang konsumerisme sebagai fenomena internasional dan fenomena sejarah. Membahas sejarah konsumerisme di dunia, diharapkan dengan mengerti sejarah dapat mengambil pelajaran dan menentukan sikap terhadap konsumerisme.

3. Alfitri (2007). Budaya Konsumerisme Masyarakat Perkotaan.

Rangkuman: penelitian tersebut membahas fenomena konsumerisme dari sudut pandang ilmu sosiologi. Budaya konsumerisme turut disebabkan karena adanya kekuatan media massa, dan ketersediaan fasilitas perbelanjaan modern. Konsumerisme menyebabkan perubahan pola pembelian produk, pengeluaran yang tidak terkelola dan tidak produktif, menyebabkan penurunan kualitas hidup dan menyebabkan kriminalitas serta dapat merusak kehidupan rumah tangga.
Persamaan: membahas penyebab dan dampak konsumerisme di Indonesia.
Pengembangan: penelitian ini membahas fenomena konsumerisme dari sudut pandang keuangan personal dan manajemen harta Islami.

Konsumerisme dalam ilmu sosiologi, menjelaskan penyebab dan dampak konsumerisme, tidak menawarkan solusi.

Consumerism culture affecting someone’s attitude to decide the purchase on one product, that obviously controlled by the power of mass media. The change of this consumerism culture is a logic consequences of living exposure that triggered by city environment that provide modern shopping facility. Consumerism culture create un-manage person in spending money, un-productive, and it only give a fake realization to the society. For a lower class society, this consumerism culture could trigger the decreasing of living quality and it can also create a criminal act and destroying a family living.

4. Liska, Marisa (2011). Konsumerisme sebagai Faktor Penarik Terjadinya Fenomena Enjokousai dalam Masyarakat Jepang Kontemporer.

Rangkuman: penelitian tersebut membahas penyebab dan dampak konsumerisme di Jepang dari sudut pandang budaya.
Persamaan: membahas penyebab dan dampak konsumerisme.
Pengembangan: penelitian ini membahas penyebab dan dampak konsumerisme di Indonesia, dan membahas konsumerisme dari sudut pandang keuangan personal dan manajemen harta Islami.

5. Raaij, W. Fred van (1993). Postmodern Consumption.

Rangkuman: penelitian tersebut membahas pola konsumsi era posmodern di dunia dari sudut pandang psikologi ekonomi.
Persamaan: membahas pola konsumsi era posmodern.
Pengembangan: penelitian ini membahas pola konsumsi dari sudut pandangan keuangan personal.

Jurnal economic psychology, menjelaskan pola konsumsi di era postmodern.
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/016748709390032G

6. Neuner, Michael, Gerhard Raab, Lucia A. Reisch (2004). Compulsive buying in maturing consumer societies: An empirical re-inquiry.

Rangkuman: sudut pandang penelitian tersebut adalah psikologi ekonomi yang membahas salah satu bagian dari konsumerisme. Bagian yang dibahas adalah pembelian berdasarkan dorongan sesaat (compulsive buying) di negara-negara dengan budaya konsumen yang telah matang seperti Jerman.
Persamaan: membahas fenomena konsumerisme.
Pengembangan: penelitian ini membahas konsumerisme di Indonesia dari sudut pandang keuangan personal.

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0167487004000741

7. Zygmut Bauman (2005). Work, Consumerism and The New Poor: Second Edition.

Rangkuman: Bauman memandang konsumerisme dengan sudut pandang ilmu sosiologi. Konsumerisme dikaitkan dengan pergeseran nilai etika kerja menjadi budaya konsumsi sehingga memunculkan kemiskinan jenis baru, yang dianggap kaum miskin adalah orang yang tidak dapat melakukan konsumsi sesuai dengan standar masyarakat.
Persamaan: membahas penyebab dan dampak konsumerisme.
Pengembangan: membahas penyebab dan dampak konsumerisme dari sudut pandang keuangan personal, ditambah solusi atas permasalahan yang disebabkan dari konsumerisme.

professor sosiologi, textbook 136 halaman

8. Douglas Dowd (2009). Inequality and the Global Economic Crisis.

Rangkuman: penyebab konsumerisme dimulai dari perkembangan kapitalisme, globalisasi, dan perkembangan sektor keuangan, ideologi neo-liberal, dan inequality. Inequality atau ketidakmerataan ini terjadi pada pendapatan, kekayaan (wealth), dan kekuasaan (power). Menurutnya, salah satu faktor yang menyebabkan ketidakmerataan semakin meluas adalah budaya konsumerisme dan media yang membantu menyebarluaskannya.
Persamaan: membahas penyebab dan dampak konsumerisme.
Pengembangan: membahas penyebab, dampak, dan solusi konsumerisme.

9. Heryanto, Januar (2004). Pergeseran Nilai dan Konsumerisme di Tengah Krisis Ekonomi di Indonesia.

Rangkuman: dengan adanya modernisasi yang menggunakan teknologi Barat serta masuknya modal asing, kita tidak dapat mencegah masuknya kebudayaan asing yang perlahan-lahan menyisihkan kebudayaan tradisional serta dilengkapi dengan timbulnya konsumerisme.
Persamaan: membahas penyebab konsumerisme di Indonesia.
Pengembangan: membahas dampak konsumerisme pada keuangan personal dan menawarkan solusi.

Jurusan desain komunikasi visual, fakultas seni dan desain. Membahas penyebab konsumerisme di Indonesia. Modernisasi yang memanfaatkan teknologi dan modal asing menyebabkan pergeseran nilai, termasuk konsumerisme. Nilai-nilai baru ini perlahan-lahan menggeser kebudayaan tradisional. Lebih

10. Kasser, Tim dan Allen D. Kanner. Ed.(2004). Psychology and Consumer Culture: The Struggle for a Good Life in a Materialistic World.

Rangkuman: merupakan gabungan beberapa penelitian yang menjadi suatu pembahasan tentang budaya konsumen dari sudut pandang psikologi secara komprehensif. Diantara pembahasannya adalah: (1) permasalahan konsumerisme didasari oleh nilai-nilai materialistis dan bagaimana materialisme telah mempengaruhi kebahagiaan, (2) menawarkan solusi psikologis atas konsumsi berlebihan dengan kontrol diri, (3) komersialisasi kehidupan, (4) globalisasi dan budaya korporasi, dan sebagainya.
Persamaan: membahas penyebab, dampak, dan solusi konsumerisme.
Pengembangan: membahas konsumerisme dari sudut pandang keuangan personal dan manajemen harta Islami.

Buku 255 halaman membahas budaya konsumen dari sudut pandang psikologi: permasalahan dan solusi. 1. where is the psychology of consumer culture? 2.materialistic values: their causes and consequences (hlm8) 3.why are materialists less satisfied 4.globalization, corporate culture, and freedom 5.shopping for sustainability:psychological solutions to overconsumption 6.materialism and the evolution of consciousness 7.mindfulness and consumerism 8.lethal consumption:death-denying materialism 9.acquisitive desire: assessment and treatment 10.self-control and compulsive buying 11.money,meaning, and identity:coming to terms with being wealthy 12.the commercialization of childhood: understanding the problem and finding solutions 13.commercialism’s influence on black youth: the case of dress-related challenges 14.”the more you subtract, the more you add”: cutting girls down to size

11. Morton, John S. (2005). The Interdependence of Economic and Personal Finance Education.

Rangkuman: Membahas pentingnya pendidikan personal finance karena para siswa akan terus menggunakannya dalam pengambilan keputusan ekonomi sepanjang hidupnya baik sebagai konsumen, penabung, investor, tenaga kerja, dan warga negara. Sehingga sudah saatnya memasukkan kurikulum pendidikan keuangan personal dalam pendidikan formal tingkat menengah atas. Ilmu ekonomi menyediakan kerangka konseptual untuk pendidikan keuangan personal, sehingga siswa dapat menggunakan prinsip-prinsip dasar ekonomi untuk membuat keputusan kritis.
Persamaan: menggunakan prinsip-prinsip ilmu ekonomi dalam pengambilan keputusan keuangan personal.
Pengembangan: penelitian ini menggunakan prinsip-prinsip ilmu ekonomi Islam dalam pengambilan keputusan keuangan personal, terkait permasalahan konsumerisme.

12. Mukhlisin, Murniati dan Luqyan Tamanni (2015). Accounting Literacy and Poverty Eradication; Preliminary Case studies in Egypt and Indonesia.

Rangkuman: Merancang sistem pencatatan akunting yang dapat digunakan oleh keluarga dan para nasabah keuangan mikro untuk membantu pengambilan keputusan, dalam rangka menanggulangi kemiskinan di Mesir dan Indonesia.
Persamaan: mencari solusi terhadap permasalahan ekonomi mikro dengan menggunakan sistem pencatatan akunting untuk keuangan personal.
Pengembangan: mencari solusi terhadap permasalahan konsumerisme dalam keuangan personal menggunakan pengelolaan keuangan dan manajemen harta Islami.

Meneliti penggunaan sistem akunting sebagai solusi dari permasalahan kemiskinan. Kemiripan dalam penggunaan bagian dari ilmu ekonomi dalam menyelesaikan permasalahan keuangan mikro.

13. Bawono, Anton (2014). Kontribusi Religiusitas dalam Rasionalitas Konsumsi Rumah Tangga Muslim.

Rangkuman: hasil analisis menunjukkan bahwa perilaku konsumsi rumah tangga muslim yang menjadi sampel penelitian menggambarkan rata-rata responden berada pada posisi tingkat religiusitasnya cukup tinggi. Dapat disimpulkan bahwa tingkat konsumsi seorang muslim masih tergolong rasional dan tidak berlebihan. Salah satu penyebab rasionalitasnya konsumsi seorang muslim adalah tingkat religiusitas, sehingga konsumsinya tidak berlebihan.
Persamaan: membahas konsumsi dari sudut pandang agama Islam.
Pengembangan: membahas permasalahan dan solusi konsumerisme dari sudut pandang keuangan personal dan konsep manajemen harta Islami.

14. Varul, Matthias Zick (2008). After Heroism: Religion versus Consumerism. Preliminaries for an Investigation of Protestantism and Islam under Consumer Culture.

Rangkuman: membahas bagaimana ajaran agama Protestan dan Islam menyikapi konsumerisme dalam budaya konsumen.
Persamaan: membahas sikap agama Islam terhadap konsumerisme dalam budaya konsumen.
Pengembangan: membahas secara lebih mendalam bagaimana ajaran agama Islam melalui manajemen harta Islami menyediakan solusi bagi permasalahan konsumerisme.

Using Protestantism and Islam as examples, the intricate relation between consumerism and religion is examined. Beyond the opposition of religious ‘heroic’ anticonsumerism and secular ‘romantic’ consumerism, it will be argued, there is mutual accommodation and even convergence. On the one hand consumerism challenges religion by taking over some genuinely religious functions; on the other hand it exacerbates and accelerates a religious dynamics of probation and, thereby, invites religion to a specifically consumerist revival. The condition for such a revival, however, is that friend/enemy distinctions based on religion are transformed into a variant of the decidedly un-heroic ‘war of shopping’. Religious commitment is assimilated to consumer preferences, and becomes reversible.

15. Mujahidin, Anwar (2013). Konsumerisme Dan Konsumisme Dalam Perspektif Tafsir Al-Qur`an. Laboratorium Studi Al-Qur'an Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung.

Rangkuman: membahas paradigma harta sebagai “milik” bersama yang harus menghasilkan manfaat bersama berdasarkan tafsir Al-Mishbah. Konsumsi bahkan pada barang-barang mewah tidak dilarang, namun dikendalikan. Hubungan yang punya dan yang lemah secara ekonomi, tidak hanya sekedar hubungan kedermawanan yang bersifat pribadi namun di dasarkan pada cita-cita mewujudkan keadilan sosial dan hubungan harmonis antara sesama manusia.
Persamaan: membahas prinsip-prinsip konsumsi dalam ajaran Islam.
Pengembangan: membahas bagaimana prinsip-prinsip konsumsi dalam manajemen harta Islam dapat diterapkan dalam pengelolaan keuangan personal.

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/adzikra/article/view/349/0
http://laboratoriumstudial-quran.blogspot.com/2013/10/konsumerisme-dan-kosumisme-dalam.html

16. Prabowo S., M. Nur (2013). Meretas Kebahagiaan Utama di Tengah Pusaran Budaya Konsumerisme Global: Perspektif Etika Keutamaan Ibnu Miskawaih.

Rangkuman: mendiskusikan budaya konsumerisme dalam masyarakat modern dari sudut pandang filsafat etika yang dikembangkan oleh Ibnu Miskawaih. Penulis berargumen bahwa konsumerisme menyebabkan orang terjerembab ke dalam persoalan krisis identitas. Ini disebabkan karena konsumerisme menyebabkan seseorang terjatuh pada egoisme dan tidak acuh terhadap kehidupan sosial mereka.
Persamaan: membahas budaya konsumerisme dari sudut pandang ajaran Islam.
Pengembangan: mencari solusi atas permasalahan yang disebabkan oleh budaya konsumerisme dari sudut pandang manajemen harta Islam dalam pengelolaan keuangan personal.

Budaya konsumerisme yang lahir dalam masyarakat modern memicu beragam reaksi. Kalangan yang mendukung konsumerisme berpendapat bahwa kebahagiaan individu tidak dapat diwujudkan melainkan melalui kemerdekaan individual dan hak asasi manusia, utamanya dalam menikmati komoditas yang mewah. Namun, apa yang disebut dengan “konsumerisme” itu? Apakah kebahagian yang dilahirkan konsumerisme adalah sejati? Artikel ini mendiskusikan budaya modern dari kacamata filsafat etika yang dikembangkan Ibn Miskawaih. Penulis berargumen bahwa konsumerisme menyebabkan orang terjerembab ke dalam persoalan krisis identitas. Ini disebabkan karena konsumerisme menyebabkan seseorang terjatuh pada egoisme dan tidak acuh terhadap kehidupan sosial mereka.

http://www.oalib.com/paper/2510495#.V3MZhKIXWf4

17. Krishna, Ayu dan Maya Sari dan Rofi Rofaida. Analisis Tingkat Literasi Keuangan di Kalangan Mahasiswa dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Survey pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia).

Rangkuman: Hasil penelitian menunjukkan tingkat literasi finansial mahasiswa masih jauh dari optimum bahkan mendekati kategori rendah sehingga harus ditingkatkan lagi. Penelitian ini mengajukan rekomendasi bahwa untuk meningkatkan literasi finansial di kalangan mahasiswa, sudah saatnya pendidikan personal finance masuk ke dalam kurikulum akademik sebagai bagian dari sistem pendidikan di Universitas baik untuk program studi Ekonomi maupun program studi non Ekonomi.
Persamaan: menekankan pada perlunya pendidikan keuangan untuk kepentingan pengelolaan keuangan personal di kehidupan.
Pengembangan: pendidikan pengelolaan keuangan personal yang diperlukan, terutama bagi muslim, adalah yang berdasarkan ajaran Islam.

http://file.upi.edu/Direktori/PROCEEDING/UPI-UPSI/2010/Book_3/ANALISIS__TINGKAT_LITERASI_KEUANGAN_DI_KALANGAN_MAHASISWA_DAN_FAKTOR-FAKTOR_YANG_MEMPENGARUHINYA_(Survey_pada_Mahasiswa_Universitas_Pendidikan_Indonesia).PDF

Literasi keuangan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang agar terhindar dari masalah keuangan. Kesulitan keuangan bukan hanya fungsi dari pendapatan semata (rendahnya pendapatan), kesulitan keuangan juga dapat muncul jika terjadi kesalahan dalam pengelolaan keuangan (miss-management). Keterbatasan finansial dapat menyebabkan stress, dan rendahnya kepercayaan diri, bahkan untuk sebagian keluarga kondisi tersebut dapat berujung pada perceraian. Memiliki literasi keuangan, merupakan hal vital untuk mendapatkan kehidupan yang sejahtera, dan berkualitas. Hasil pengukuran skor rata-rata literasi finansial mahasiswa UPI sebesar 63% yang menunjukan tingkat literasi finansial mahasiswa masih jauh dari optimum bahkan mendekati kategori rendah sehingga harus ditingkatkan lagi. Penelitian ini mengajukan rekomendasi bahwa untuk meningkatkan literasi finansial di kalangan mahasiswa, sudah saatnya pendidikan personal finance masuk ke dalam kurikulum akademik sebagai bagian dari sistem pendidikan di Universitas baik untuk program studi Ekonomi maupun program studi non Ekonomi.


Penelitian ini memiliki tiga variabel yaitu: (1) konsumerisme, (2) pengelolaan keuangan personal, dan (3) manajemen harta Islami. Penelitian terdahulu belum ada yang menggabungkan dan mencari hubungan antara penyebab dan dampak konsumerisme pada keuangan personal dan memasukkan prinsip manajemen harta Islami dalam pengelolaan keuangan personal sebagai solusi terhadap permasalahan konsumerisme.

No comments:

Post a Comment

Kerangka SNLKI OJK 2017

Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (Revisit 2017) Otoritas Jasa Keuangan BAB 1 Menuju Masyarakat Indonesia yang Well-literate...