Monday 7 May 2018

Lampiran: Mohammad Bagus Teguh Perwira

Praktisi Konsultan Perencanaan Keuangan Personal 10

Nama : Mohammad Bagus Teguh Perwira
Gelar (akademis & sertifikasi) : Lc, MA, CFP®, AEPP®
Profesi : Independent Financial Planner
Lamanya menjalani profesi (tahun) : 8 tahun
Spesialisasi keahlian profesional : Islamic Financial Planning, Estate Planning, Islamic Finance
Keterangan : -

1. Bagaimana tingkat konsumerisme di masyarakat, jika dilihat dari pengamatan dan pengalaman anda sebagai konsultan?
Tingkat konsumerisme khususnya di Ibu Kota Jakarta dan beberapa kota besar lainnya di Indonesia tergolong tinggi bahkan sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan ramainya semua pusat perbelanjaan dan mal-mal. Selain itu, ramainya pengunjung setiap kali diadakan pameran gadget dan produk-produk handycraft seperti inacraft dan sejenisnya. Indikator lainnya adalah adanya budaya bahwa kesejahteraan seseorang banyak dilihat dari kedaraan yang ditumpanginya.

2. Apa penyebab terjadinya konsumerisme pada masyarakat?
Setidaknya ada beberapa penyebab:
a. Tidak adanya pendidikan formal yang mengajarkan tentang pengelolaan keuangan (financial planning). Pendidikan di Indonesia “hanya” mengajarkan bagaimana mencari uanga, tapi tidak mengajarkan bagaimana mengelola uang setelah punya uang.
b. Kurangnya kesadaran untuk menyiapkan tujuan jangka panjang.
c. Indonesia sebagai sasaran pasar yang besar bagi seluruh produk gadget, fashion, otomotif dan barang-barang luxury.
d. Mudahnya mendapatkan pinjaman/kredit melalui kartu kredit dan KTA (Kredit Tanpa Agunan) serta pinjaman lainnya.
e. Banyaknya usia produktif-produktif di Indonesia.
f. Tingkan financial literacy yang rendah.
g. Tend-nya gaya hidup hedonisme pada golongan menengah di Indonesia

3. Bagaimana dampak konsumerisme pada kondisi keuangan personal?
Dampak konsumerisme pada keuangan personal yang sering terjadi adalah:
a. Memiliki Utang yang yang tidak sangup dibayar.
b. Rumah tangga tidak harmonis karena adanya masalah keuangan, hingga terjadinya perceraian. (tingkat perceraian meningkat dan penyebab perceraian terbesar adalah karena masalah keuangan).
c. Pendidikan anak terbengkalai karena tidak mampu membayar biaya pendidikan.
d. Masa tua yang suram karena tidak memiliki bekal untuk masa pensiun.

4. Apakah pengelolaan keuangan dapat mengeliminir dampak negatif konsumerisme?
Ya.

5. Mengapa dan bagaimana caranya?
Karena dengan pengelolaan keuangan yang baik, seseorang dapat mengendalikan konsumsi ketika memiliki uang. Dengan pengelolaan keuangan seseorang akan menyiapkan biaya hidup di masa mendatang dari jauh-jauh hari. Pengelolaan keuangan pada dasarnya adalah risk management (pengelolaan risiko), termasuk risiko tidak bisa pensiun, risiko tidak bisa menyekolahkan anak, risiko meninggal dini dll. Karena pengelolaan keuangan akan mengantisipasi segala risiko tersebut dengan investasi, menabung dan asuransi. sehingga risiko/dampak negatif dari konsumerisme bisa diminimalisir.
Dengan pengelolaan keuangan, hidup seseorang akan menjadi lebih teratur dan disiplin. Karena pola konsumsi akan direncanakan dalam pengelolaan keuangannya.

6. Apakah konsep manajemen harta Islami menjadi landasan utama bagi seorang muslim dalam mengelola keuangan?
Saat ini masih belum.

7. Mengapa dan bagaimana caranya?
Karena masih banyak umat islam yang belum mengenal perencanaan keuangan islami atau manajemen harta islami. sehingga perencanaan keuangan maupun manajemen harta secara islami harus terus disosialisasikan.

8. Bagaimana seharusnya pembagian persentase alokasi pendapatan personal sehingga dapat menghindari konsumerisme?
Cash flow management sesuai perioritasnya dan prosentasenya terhadap pendapatanannya menurut pendapat saya adalah sbb:
a. Bayar cicilan utang 30%-35%
b. Bayar Zakat, minimal 2,5%
c. Investasi, 10%-30%
d. Pengeluaran rutin 40%
e. Life style (gaya hidup) maksimal 20%
Gaya hidup adalah pengeluaran yang bukan kebutuhan pokok, seperti jalan-jalan, ke mal untuk hiburan, pengeluaran pulsa, olahraga, langganan majalah dll.

No comments:

Post a Comment

Kerangka SNLKI OJK 2017

Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (Revisit 2017) Otoritas Jasa Keuangan BAB 1 Menuju Masyarakat Indonesia yang Well-literate...