Monday 7 May 2018

Lampiran: Rahma Mieta

Praktisi Konsultan Perencanaan Keuangan Personal 6

Nama : Rahma Mieta
Gelar (akademis & sertifikasi) : SE. MSi. CFP
Profesi : perencana keuangan independen
Lamanya menjalani profesi (tahun) : 1
Spesialisasi keahlian profesional : perencanaan keuangan personal dan keluarga
Keterangan : sebelumnya bekerja sebagai client relation officer (assistant planner) dan researcher di bidang perencanaan keuangan selama 4 tahun

1. Bagaimana tingkat konsumerisme di masyarakat, jika dilihat dari pengamatan dan pengalaman anda sebagai konsultan?
Saya secara sederhana melihat dari data GDP Indonesia, dimana persentase terbesar sumber GDP Indonesia masih ada pada konsumsi masyarakat (C), sehingga bisa dibilang konsumsi masyarakat masih bisa dibilang cukup tinggi. Kalau berdasarkan pengalaman pribadi, kebanyakan konsumerisme masyarakat masih cukup tinggi terutama dalam bentuk barang-barang gadget.

2. Apa penyebab terjadinya konsumerisme pada masyarakat?
Gaya hidup masyarakat sekitar, misalnya merasa kurang update jika belum memiliki smartphone merk tertentu dikarenakan orang-orang di sekelilingnya rata-rata sudah memiliki smartphone tersebut.

3. Bagaimana dampak konsumerisme pada kondisi keuangan personal?
Kalau tidak terkontrol akan berakibat fatal, setidaknya akan menyebabkan seseorang tersebut hidup di atas kemampuannya. Adanya fasilitas pinjaman seperti kartu kredit, dll. Membuat seseorang memiliki kemampuan untuk membeli barang yang lebih tinggi dibandingkan kemampuan untuk melunasi utangnya.

4. Apakah pengelolaan keuangan dapat mengeliminir dampak negatif konsumerisme?
Iya, pastinya.

5. Mengapa dan bagaimana caranya?
Dengan adanya pengelolaan keuangan, seseorang akan dilatih untuk memiliki sikap disiplin dalam hal keuangan (memiliki financial habit yang baik), seperti membuat anggaran pengeluaran, mencatat arus kas masuk dan keluar, dsb. Secara tidak langsung, ia dituntut untuk bisa membedakan mana yang memang kebutuhan (needs), mana yang hanya keinginan (wants), dan bisa menentukan kebutuhan penting mana yang harus diprioritaskan. Dengan demikian, dampak negatif konsumerisme dapat diminimalisasi.

6. Apakah konsep manajemen harta Islami menjadi landasan utama bagi seorang muslim dalam mengelola keuangan?
Iya.

7. Mengapa dan bagaimana caranya?
Karena agama Islam adalah agama yang menyeluruh sehingga dalam hal mengatur keuangan pun dijelaskan, seperti tidak berlebih-lebihan dalam membelanjakan uang dan tidak pula bersifat kikir, pembagian waris (waris termasuk dalam manajemen harta Islami), dsb. Seorang muslim yang ingin mengelola hartanya secara Islami cukup berlandaskan Al-Qur’an, hadits, dan ketentuan hukum Islam lainnya.

8. Bagaimana seharusnya pembagian persentase alokasi pendapatan personal sehingga dapat menghindari konsumerisme?
Biasanya saya selalu membagi alokasi pengeluaran sebagai berikut:
a. Min. 10% untuk saving atau investasi
b. Max. 35% untuk cicilan utang (jika ada)  sehingga ketika ingin berutang, pastikan cicilannya tidak melebihi 35% dari pendapatan dimana 15% untuk utang konsumtif, sedangkan 20% untuk utang produktif.
c. Max. 40% untuk kebutuhan yang sifatnya rutin seperti pengeluaran rumah tangga
d. Max. 15% untuk kebutuhan pribadi (alokasi inilah yang biasanya digunakan untuk memenuhi gaya hidup seseorang).

No comments:

Post a Comment

Kerangka SNLKI OJK 2017

Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (Revisit 2017) Otoritas Jasa Keuangan BAB 1 Menuju Masyarakat Indonesia yang Well-literate...