Monday 7 May 2018

Lampiran: Sari Insaniwati

Praktisi Konsultan Perencanaan Keuangan Personal 8

Nama : Sari Insaniwati
Gelar (akademis & sertifikasi) : CFP
Profesi : Financial Planner
Lamanya menjalani profesi (tahun) : 2
Spesialisasi keahlian profesional : Konsultan Perencanaan Keuangan
Keterangan : -

1. Bagaimana tingkat konsumerisme di masyarakat, jika dilihat dari pengamatan dan pengalaman anda sebagai konsultan?
Tingkat konsumerisme di masyarakat menurut pengalaman saya semakin lama semakin meningkat sejalan dengan makin gencarnya produsen dalam memasarkan barang/jasanya, dan kemudahan dari sisi pendanaan yang ditawarkan oleh bank / lembaga keuangan. Sehingga hal ini mendorong masyarakat untuk membeli sesuatu yang tidak terlalu urgent atau hanya kebutuhan sekunder bahkan tersier.

2. Apa penyebab terjadinya konsumerisme pada masyarakat?
Penyebab konsumerisme atau mungkin lebih tepat saya sebut sebagai perilaku konsumtif banyak faktornya, antara lain :
• Faktor dalam diri individu itu sendiri : setiap orang punya motivasi masing-masing dalam dirinya untuk berperilaku konsumtif, tinggal apakah dia bisa mengendalikan atau tidak.
• Faktor lingkungan : tidak bisa dipungkiri faktor lingkungan berperan besar dalam mendorong seseorang untuk berperilaku konsumtif. Iklan di media, tuntutan lingkungan dalam menetapkan standar gaya hidup, dll Hal ini terutama untuk remaja, di mana agar bisa diterima di suatu grup / komunitas ada standar penampilan yang harus dimiliki (misal : baju dari merek tertentu, nongkrong di tempat tertentu, dll)
• Tingkat ekonomi : makin meningkat ekonomi seseorang, gaya hidupnya makin makin meningkat pula. Tetapi bukan berarti yang tingkat ekonominya rendah pun tidak punya perilaku konsumtif, mungkin dengan level yang berbeda.
• Tingkat pendidikan : seseorang dgn tingkat pemahaman yang baik tentang tingkat kebutuhan / manfaat suatu barang, akan lebih baik dalam membuat keputusan dalam menggunakan uangnya.

3. Bagaimana dampak konsumerisme pada kondisi keuangan personal?
Tentunya Konsumerisme akan berdampak negative terhadap keuangan individu, Mereka akan cenderung berbelanja tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan ketersediaan dana, akan menjadi individu yang tidak punya rencana keuangan di masa depan karena fokus pada keinginan jangka pendek dan lebih buruknya lagi akan sangat tergantung dengan pinjaman.

4. Apakah pengelolaan keuangan dapat mengeliminir dampak negatif konsumerisme?
Sedikit banyak pengelolaan keuangan bisa membantu individu dalam membuat rencana keuangan, baik untuk saat ini maupun untuk masa depan. Individu didorong untuk mengenali mana kebutuhan dan keinginan, disadarkan bahwa masih ada kebutuhan lain yang lebih penting yang harus dipenuhi di masa depan saat sudah tidak produktif lagi,

5. Mengapa dan bagaimana caranya?
Ada beberapa tahapan dalam Perencanaan Keuangan dalam membuat rencana keuangan pribadi / keluarga :
• Mengumpulkan informasi data keuangan untuk mengetahui tingkat kesehatan keuangan pribadi / keluarga.
• Mengidentifikasi tujuan pribadi / keluarga, dan menetapkan skala prioritasnya.
• Melakukan Financial Check Up dan evaluasi kebutuhan dana.
• Membuat rencana keuangan dengan menyajikan rekomendasi investasi dan proteksi asuransi.
• Implementasi dengan melakukan penerapan rekomendasi investasi yang dipilih oleh klien.
• Monitor rencana dengan mengevaluasi pelaksanaan rencana keuangan, dilakukan umumnya setahun sekali atau jika ada tujuan keuangan yang baru atau diganti
Dengan menjalankan semua langkah ini, maka individu akan lebih fokus dalam menggunakan dananya karena adanya prioritas lain yang lebih penting, sehingga tidak terjebak dalam pola hidup konsumtif

6. Apakah konsep manajemen harta Islami menjadi landasan utama bagi seorang muslim dalam mengelola keuangan?
Seharusnya tidak ada dikotomi antara Konsep Manajemen Islami atau Konvensional bagi Muslim, karena semua pengelolaan keuangan harus dilandasi dengan tujuan dan rencana keuangan yang baik sesuai dengan akidah. Tidak hanya dari sisi rencana tetapi juga dalam implementasinya. Jika melihat dari definisi yang diberikan oleh Syahatah, mumgkin ada sedikit perbedaan di sisi pemisahan antara keuangan laki-laki dan perempuan. Untuk yang konvensional, jika telah menjadi pasangan suami istri maka menjadi harta bersama.

7. Mengapa dan bagaimana caranya?
Caranya kembali kepada individunya. Sebagai Perencana Keuangan, kami tidak pernah memaksakan suatu konsep kepada kliennya. Tentu saja kami menjelaskan pula tentang konsep Syariah bagi muslim, tetapi keputusan ada ditangan klien. Kebutuhan seseorang akan berbeda satu sama lainnya, sehingga solusi / saran yang diberikan akan berbeda pula. Tidak hanya dilihat dari kebutuhan & nilai pribadi yang dianut tetapi juga dilihat dari profil risiko, kondisi keuangan, dll.

8. Bagaimana seharusnya pembagian persentase alokasi pendapatan personal sehingga dapat menghindari konsumerisme?
Idealnya dari pendapatan seseorang, hanya 50% nya yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Sedangkan sisanya bisa digunakan untuk : 5% zakat/kegiatan sosial, 10 % asuransi, 10% tabungan / investasi, dan 25 % cicilan hutang (proporsional antara hutang produktif dan konsumtif).

No comments:

Post a Comment

Kerangka SNLKI OJK 2017

Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (Revisit 2017) Otoritas Jasa Keuangan BAB 1 Menuju Masyarakat Indonesia yang Well-literate...